Potensi Maritim Formula Percepatan Pembangunan

Pangkalpinang – Sedikitnya terdapat tujuh kebijakan kelautan Indonesia. Kebijakan tersebut di antaranya, pertama melakukan pengelolaan sumber daya kelautan dan pengembangan sumber daya manusia, kedua membuat pertahanan, keamanan, penegakan hukum dan keselamatan laut, ketiga menata kelola dan kelembagaan kelautan, keempat membangun ekonomi, infrastruktur kelautan dan peningkatan kesejahteraan.

Sementara tiga kebijakan lainnya, jelas Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio, MM, melakukan pengelolaan ruang laut dan perlindungan lingkungan laut, kemudian menumbuhkan budaya bahari dan terakhir meningkatkan diplomasi maritim. Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan yang dapat lebih cepat berkembang jika menjalankan sejumlah kebijakan ini. Sebab kebijakan daerah harus sinergi dengan kebijakan pusat.

“Pengembangan potensi maritim seiring ditetapkan Pantai Tanjung Kelayang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus  (KEK) pariwisata. Ada destinasi wisata baru atau ‘sepuluh Bali baru’ yakni, Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai,” jelasnya saat menyampaikan paparan di ruang pertemuan lantai III, Kantor Gubernur,  Rabu (6/9/2017).

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kerapkali menjadi daerah berlabuh yacht (kapal layar pesiar) dari berbagai negara. Lebih jauh Marsetio menjelaskan, jika dulu ada Sail Wakatobi nanti rute reli yacht Sail Sabang 2017 melintasi Manggar Belitung Timur, Belitung dan Pulau Ketawai Kabupaten Bangka Tengah. Dijadwalkan tanggal 2 hingga 5 Oktober sejumlah kapal tersebut merapat di pesisir Manggar, Kabupaten Belitung Timur.

Selanjutnya, kata Marsetio, sejumlah kapal ini akan melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Belitung  dan diperkirakan merapat sekitar tanggal 6 hingga 10 Oktober. Pulau Ketawai Kabupaten Bangka Tengah menjadi persinggahan terakhir yacht di Bangka Belitung dan dijadwalkan tanggal 11 hingga 14 Oktober. Kedatangan sejumlah awak yacht ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai ajang mempromosikan potensi daerah.

Devisa Indonesia sektor pariwisata selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor ini bisa menggeser komoditas batu bara dan CPO. Menurut Marsetio, tahun 2013 sektor pariwisata berada di posisi keempat perolehan devisa Indonesia menurut lapangan usaha. Adapun tiga komoditas di atasnya, urutan pertama migas, kedua batu bara dan ketiga komoditas CPO. Namun di tahun 2016 sektor pariwisata sudah menduduki posisi kedua.

“Nilai devisa sektor pariwisata tahun 2013 sekitar 10.054 juta USD. Selanjutnya di tahun 2014 naik menjadi 11.166 juta USD, tahun 2015 kembali meningkat mencapai angka 12.225 juta USD. Tiga tahun tersebut masih menempati posisi keempat perolehan devisa. Namun di tahun 2016, selain nilai perolehan naik menjadi 13.568 juta USD, sektor pariwisata sudah menempati posisi kedua dalam perolehan devisa,” kata Marsetio.

Sumber: 
Humas
Penulis: 
Huzari
Fotografer: 
Huzari
Editor: 
Humas
Bidang Informasi: 
Kesbangpol